Sejarah Sukabumi

Visit Sukabumi - Sejarah Sukabumi 
Kota berhawa sejuk yang saat ini berluas 48,15 km2 ini sebetulnya 'dibentuk' pada tahun 1776 atas perintah Bupati Tjiandjoer Rd. Wiratanoedatar VI (Rd. Noeh) dibentuklah kepatihan yg dipimpin oleh seorang patih yang berkedudukan di Kampung Cikole dan membawahi beberapa distrik seperti Distrik Goenoeng Parang, DIstrik Tjitjoeroeg, Distrik Djampangkoelon, Distrik Djampangtengah dan lain-lain. Hingga pada 1815 seorang ahli bedah bernama Dr. Andries de Wilde menamakan Tjikole menjadi Soekaboemi. Perlu diketahu Andris de Wilde ini juga adalah seorang Preanger Planter (kopi dan teh) yg bermukim di Bandoeng, dimana eks rumah tinggal dan gudang kopinya sekarang dijadikan Kantor Pemkot Bandung. Awalnya ia mengirim surat kepada kawannnya Pieter Englhard mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk mengganti nama Cikole (berdasar nama sungai yg membelah kota Sukabumi) dengan nama Soekaboemi pada 13 Januari 1815. Dan sejak itulah Cikole resmi menjadi Soekaboemi.


Kata Soekaboemi berasal dari bahasa Sunda soeka-boemen yang bermakna udara sejuk dan nyaman, sehingga mereka yang datang tidak ingin pindah lagi karena suka dengan kondisi alamnya. Namun, bukan berarti hari jadi Kota Sukabumi jatuh pada tanggal tersebut. Ceritanya memang tidak singkat, bermula dari komoditas kopi yang banyak dibutuhkan VOC, Van Rie Beek dan Zwadecroon berusaha mengembangkan lebih luas tanaman kopi di sekitar Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Pada tahun 1709 Gubernur Van Riebek mengadakan inspeksi ke kebun kopi di Cibalagung (Bogor), Cianjur, Jogjogan, Pondok Kopo, dan Gunung Guruh Sukabumi. Dan inilah salah satu alasan dibangunnya jalur lintasan kereta-api yg menghubungkan Soekaboemi dengan Buitenzorg dan Batavia di bagian barat dan Tjiandjoer (ibukota Priangan) dan Bandoeng di timur. Untuk lebih memudahkan pengangkutan hasil-hasil bumi tersebut ke Batavia untuk “diekspor” lewat pelabuahn Sunda Kelapa.
Saat itu, de Wilde adalah pembantu pribadi Gubernur Jenderal Daendels dan dikenal sebagai tuan tanah di Jasinga Bogor. Pada 25 Januari 1813, ia membeli tanah di Sukabumi yang luasnya lima per duabelas bagian di seluruh tanah yang ada di Sukabumi seharga 58 ribu ringgit Spanyol. Tanah tersebut berbatasan dengan Lereng Gunung Gede Pangrango di sebelah utara, Sungai Cimandiri di bagian selatan, lalu di arah barat berbatasan langsung dengan Keresidenan Jakarta dan Banten dan di sebelah Timur dengan Sungai Cikupa (daerah Gekbrong saat ini).
Pada 1 April 1914, Sukabumi diangkat statusnya menjadi Gemeente. Alasannya, karena di kota ini banyak berdiam orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan (Preanger Planters) di daerah Selatan dan harus mendapatkan kepengurusan dan pelayanan yang istimewa. Lagipula pada tanggal yang sama 354 tahun yang lalu, Belanda bangga memenangkan perang melawan Spanyol. Itulah mengapa tanggal 1 April dijadikan ulang tahun Kota Sukabumi.
Kemudian 1 Mei 1926 pemerintahan kota dibentuk dan diangkat Mr. GF. Rambonet sebagai Burgemeester (wali kota) pertama di Sukabumi.
Dan perlu diketahui, ‘pemerintahan’ Kaboepaten tetap berjalan berdampingan dengan Gementee, dimana Kaboepaten dengan Boepati Soerya Baratakusumah sebagai Boepati pertama dan RAA. Soeria Danoeningrat sebagai Boepati berikutnya bertugas sebagai pemerintahan sekaligus ikon masyarakat lokal, dimana Boepati bertanggung jawab kepada Resident Priangan yang saat itu berkedudukan di Tjiandjoer.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Labels